Minggu, 25 Desember 2011

Posted by Gandis Suwantoro | File under :
You can accomplish anything in life,
provided that you do not mind who gets the credit”.
Harry S. Truman


Darwin E. Smith (1926-1955)
Darwin E. Smith, nama yang tidak sesohor Bill Gates atau Steve Jobs. Nama yang jarang diingat orang di Indonesia, kecuali yang memiliki hubungan usaha dengan perusahaan yang dibesarkannya. Smith selama 20 tahun membesarkan Kimberly-Clark yang memproduksi barang-barang konsumsi berdasar kertas. Di bawah kepemimpinannya, Kimberly-Clark memperoleh return kumulatif saham sebesar 4.1 kali pasar secara umum. Mengalahkan saingan langsung mereka yaitu Scott Paper dan Procter & Gamble. Juga mengalahkan perusahaan terhormat lainnya seperti Coca-Cola, Hewlett-Packard, 3M dan General Electric. Setiap 1 dolar yang diinvestasikan publik di Kimberly-Clark pada tahun 1971 meningkat menjadi 39.87 dolar pada tahun 1991.  Suatu prestasi yang tidak sederhana.
Namun Smith bukanlah sosok flamboyan dan penuh glamor. Dia tidak merasa dirinya sangat penting, dia senang bergaul dengan para tukang ledeng atau teknisi listrik. Dia menghabiskan waktu libur di tanah pertanian di Wisconsin dengan mencangkul, menggali lubang atau  memindahkan batu. Dia berpakaian sederhana seperti layaknya anak petani. Kalau ditanya gaya manajemennya dia akan menjawab sederhana: eksentrik. Namun demikian, jika kita berasumsi bahwa Smith lemah atau lemah lembut, kita salah. Dia bahkan garang, berpandangan bebas dan tegas dalam hidupnya.
Lahir dari keluarga miskin dia bekerja keras sambil kuliah malam bahkan setelah dia lulus perguruan tinggi, dia masih bekerja keras dan kuliah malam dan akhirnya lulus dari Harvard Law School. Dia memiliki tekad untuk membesarkan Kimberly-Clark, bahkan setelah didiagnosa menderita kangker dan divonis akan mati dalam waktu dua bulan pun, dia memberitahukan Board of Management bahwa dia belum mati dan akan terus mengembangkan Kimberly-Clark.
Menurut hasil penelitian Prof. Jim Collins dalam bukunya Good to Great, orang seperti Darwin Smith memiliki apa yang disebut Level 5  Leadership yaitu orang-orang yang membangun kebesaran abadi dengan suatu membaurkan paradoksikal kerendahan hati pribadi dan professional dengan baik. Para pemimpin Level 5 menyalurkan kebutuhan ego mereka lepas dari diri mereka sendiri menuju ke tujuan yang lebih besar membangun perusahaan yang besar. Mereka menyalurkan ambisi mereka untuk pertama-tama dan terutama membangun perusahaan dan bukan diri mereka sendiri. Beberapa pemimpin Level 5 lainnya antara lain Abraham Lincoln, Colmen Mockler (CEO Gillette, 1975-1991), David Maxwell (Fannie Mae), Allan Wurtzel, George Cain, Jim Herring, Lyle Everingham, Fred Allen, Cork Walgreen, Joe Cullman, Carl Reichardt.  (Collins, 2001).
Apakah Pemimpin terbentuk karena Gen atau Pola Asuh?
Perdebatan “Are Leaders Born or Made” adalah perdebatan klasik.Pada tahun 1999 Bruce Avolio menulis pada Psychology Today bahwa setelah penelitian 50 tahun, para psikologis
Percaya bahwa kualitas-kualitas kepemimpinan adalah bawaan lahir (innate) dan genetis, dan oleh karena itu tidak mungkin dipelajari. Namun, Avolio dan rekannya menemukan bahwa orang tua dapat menanamkan alat-alat dan dorongan untuk memimpin. Para pemimpinan yang diwawancari oleh Avolio dan rekannya mengemukakan bahwa orang tua mereka sangat terlibat dalam membesarkan mereka dengan menentukan tujuan-tujuan yang menantang dan mengartikan kegagalan sebagai suatu pijakan untuk sukses di masa yang akan datang. (Avolio, Sep/Oct 1999).
John Gardner dalam buku On Leadership menegaskan bahwa adalah omong kosong kalau para pemimpin itu dilahirkan. Kebanyakan dari apa yang dimiliki oleh para pemimpin untuk memimpin adalah hasil pembelajaran. Kepemimpinan bukanlah kegiatan yang penuh misteri….Dan kapasitas untuk melakukan tugas-tugas ini terdistribusi secara meluas di antara para penduduk. (Avolio, Leadership development in balance:made/born, 2005).  Joe Dispenza, D.C. dalam bukunya Evolve Your Brain, the Science of Changing your Mind menegaskan dalam bab V bahwa perilaku dan tindakan manusia itu adalah hasil bentukan alam dan dapat diubah melalui pola asuh (hardwired by nature, changeable by nurture). (Joe Dispenza, 2007)
Sementara itu Kirckpatrick dan Locke menemukan bahwa dengan memiliki sifat-sifat tertentu saja, tidaklah menjamin seseorang dapat menjadi seorang pemimpin. Ada bukti bahwa pemimpin yang efektif berbeda dari orang-orang lain dalam hal-hal kunci tertentu. Sifat–sifat kunci seorang pemimpin adalah drive suatu istilah yang mencakup prestasi, motivasi, ambisi, energi, keteguhan, dan inisiatif), motivasi untuk memimpin, kejujuran, integritas, percaya diri, kemampuan kognitif dan pengetahuan tentang dunia usaha. Semua sifat kunci ini membantu seorang pemimpin untuk memperoleh keterampilan lainnya yaitu untuk merumuskan visi organisasi dan rencana yang efektif untuk mencapainya serta mengambil langkah kongkrit untuk mewujudkan visi itu. (Kirkpatrick & Locke, 1991).
Salah satu kualitas penting untuk menjadi pemimpin menurut Daniel Goleman adalah kecerdasan emosional. Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional memainkan peranan yang makin penting pada tingkat kepemimpinan yang paling tinggi.  (Goleman, November-December 1998)

sumber

0 komentar:

Posting Komentar